Hai selasa.
Hai mendung
yang seharian itu menghiasi langit
Hai petir
yang menjadi jeritan hati tertahanku hari itu
Ada apa hari
itu?
Pagi itu aku
terbangun tanpa beban yang sama seperti malam sebelumnya
Setelah aku
mencoba melepaskan asa lamaku
Mimpi juga
begitu bersahabat menemaniku malam sebelumnya
Aku masih
bermimpi yang sama
Sebab alam
bawah sadarku rupanya tak dapat berbohong
Namun
ketenangan hari itu dikoyakkan dengan kabar yang datang
Bak petir
yang memecah segala harapan ku
Dan waktu
semakin kuat mengejarku
Dimulai dari
kenyataan harus tetap hadir di kampus padahal sedang diliburkan
Lalu pesan
singkat dari rekan sekerja yang mengabarkan bahwa harapan kami pada salah
seorang anak di sebuah SMA membatalkan kehadirannya di acara besar yang kami
sudah nantikan
Kemudian
jadwal latihan yang seharusnya digeber semalam-malaman juga batal
Dan sekarang
di sinilah mata bermain
Tak tahu
harus berbuat apa, sementara banyak hal yang sebenarnya masih harus dikerjakan
Dan salah
satu benakku semakin takut untuk terdiam lebih lama
Membiarkan
asa lamaku akan semakin membayangi malamku
Sementara
aku tahu, aku harus tetap melangkah
Meninggalkan
sang asa yang tetap berjalan di belakangku
Mungkin segala
rencanaku hari itu boleh gagal
Tapi biarlah
aku mengikuti irama kehidupan yang terus melantun
Menciptakan melodi
indah dari setiap tempo kehidupan yang tercipta