Salah satu
hal yang perlu dilakukan oleh seorang murid ialah menghargai guru dengan
memperhatikannya saat di kelas. Tapi hal ini ga berlaku saat ini. Hari terluar
binasa ketika membayangkan seorang dosen mengajar selama 5 jam dengan satu mata
kuliah.
Strategi pun
dipasang untuk 5 jam ke depan.
Saya sedang
memperhatikan.
Memperhatikan
keyboard computer dan sesekali melirik ke arah layar notebook tanpa sedikitpun
tergoda untuk menatap sang dosen.
Saya sedang
menghargai.
Menghargai
dosen yang tengah menjelaskan tanpa membuat keributan ataupun menggangu
penjelasannya.
Saya sedang
belajar.
Belajar
untuk membagi fokus dengan tepat, telinga mendengarkan penjelasan dosen dan
mata terarah ke arah notebook.
Hari ini
waktu di layar handphone menunjukkan bulan September. Bahkan, di salah satu
tweet Ancol, mereka menuliskan promo untuk September Ceria.
Ya, bulan
yang identik dengan lagu Vina Panduwinata “September Ceria” ini tidak
sepenuhnya datang bulan ini.
Menyedihkan
kah bulan ini bagi saya?
Tidak juga.
Tapi tidak
cukup banyak alasan yang tepat untuk dapat menyimpulkan bahwa ini merupakan
bulan yang ceria. Yah, “baru” tanggal 26. Masih tersisa 4 hari lagi untuk dapat
menyimpulkan tema bulan ini.
Namun sejauh
ini, menikmati kata “September Ceria” cukup menyulitkan.
Mari
memulainya dengan minggu pertama dibulan ini. Tunggu. Minggu pertama hanya
diisi 2 hari.
Kalau begitu
kita masuk ke minggu ke dua.
Dan lanjut
ke minggu ke tiga.
Lalu minggu
ke empat.
Dan saat
post ini ditulis, kalender menunjukkan minggu ke lima.
Terlalu banyak yang harus diceritakan. lihat aja nih schedule
DO NOT TRY THIS!!!! |
Tidak perlu
membahas apa saja yang dikerjakan sebulan ini dan kesulitannya, tapi mari
membicarakan bagaimana menikmati masa-masa sulit itu.
Jadi… puncak
dari segala sesuatunya tejadi di tanggal 23 September 2012 pkl. 11. 15 di
UKI-Cawang.
Bus 45 yang
membawa hanya beberapa penumpang itu tidak ramai. Namun ketika sang kenek
meneriakkan “UKI-UKI” hanya saya dan eni yang berdiri menuju pintu keluar bus
yang teletak di depan.
Lalu tiba-tiba, seorang bapak berdiri dan tampak
tergesa-gesa sampai harus mendorong saya dari belakang beberapa kali. Tanpa
perasaan curiga sedikitpun, saya hanya bisa mendengus kesal dan akhirnya
memberi jalan kepada Bapak-bapak itu. ketika kaki ini tidak meninggalkan 45,
saya menoleh ke belakang mencari Eni yang memang pergi bersama saya hari itu.
Tidak ada
Eni.
Menyusul
dengan sedikit berlari kecil, kami menaiki jembatan dan berjalan menuju UKI.
Lapar.
Cuma itu
yang ada dipikiran saya yang memang belum sarapan saat sejak pagi harus pergi
ke Gereja.
Maka
berbelok di salah satu gang di sebelah UKI, saya memesan satu mie ayam.
Tas ransel
yang sudah setahun ini menemani ke manapun kaki ini melangkah memasang posisi
resletingnya dalam posisi yang sangat aneh.
TERBUKA.
Tepat di
bagian dompet bersandar.
KECOPETAN.
KAGET?
Engga
SEDIH?
Engga
STRESS?
Engga
Takut?
IYA
TAKUT BANGET
SAMA BONYOOOOKKKK
Dan bener
aja.
Sepanjang
rapat dari jam 11 siang sampai 7 malem hari itu, Cuma kepikirin bonyok.
Ga kepikiran
dompet apalagi selusin kartu di situ yang mesti diurus.
Cuma bonyok.
Lagi-lagi
mengecewakan mereka dengan keteledoran anak gadisnya.
Lagi-lagi
ngerepotin mereka dengan ketidak bertanggung jawaban anaknya yang paling bawel.
Lagi-lagi
nyusahin mereka dengan kelemotan anak pertamanya.
Dan itu
semua menjadi tamparan yang keras ketika semua kecerobohan itu menyadarkan ada
yang salah dengan kedua tangan ini.
KUTUKAN?
Man, zaman
serba touch screen begini masih aja ada begituan.
KELAINAN?
So far,
belum ada jenis kelainan/gangguan perilaku yang dapat menjelaskan hal ini
(sampai semester 3 ini ya)
PENYAKIT?
Yahh… Hati
yang sakit ketika hal itu terjadi.. it’s clear enough
LALU?
Atau mungkin
basically, kurang rasa tanggung jawab atau menghargai sesuatu.
Atau
jangan-jangan selama ini phlegmatic justru mendominasi jiwa yang tertutup
dengan sanguine di luar..
Entahlah…
Yang pasti,
ini pelajaran bersama..
Apa yang
saat ini ku punya, semuanya hasil jerih payah orang tua..
Gak mudah
untuk cari uang saat ini di tengah zaman yang semakin menuntut ketidakjujuran..
Mau dengan
alasan apapun menyangkal; itu uang tabungan,beasiswa,atau kerja..
Who you are now because of your parents yesterday, today, and tomorrow..
Jadi belajar
untuk menjaga serta menghargai yang kita miliki dengan ucapan syukur.
Watch out
guys!!!
No comments:
Post a Comment