Dalam salah satu kesempatan belajar psikologi anak, gue
belajar bahwa seorang anak kecil yang kita anggap “belum mengerti apa-apa”
sebenarnya justru secara tidak sadar merekam segala sesuatunya dengan baik.
Ya, justru di tengah kepolosan dan kemurnian pikiran seorang
anak kecil, dia belajar banyak hal baru yang terekam di otaknya. Jangan pernah
membohongi anak kecil. Itu akan membuat mereka secara perlahan tidak menaruh
kepercayaan kepada orang dewasa. Bukan Cuma berbohong dari segi ucapan, tapi
tindakan. Ya walaupun tindakan itu berawal dari ucapan sih…
Kalau anak kecil aja yang dibohongi bisa mempengaruhi
perkembangan psikis mereka, gimana dengan orang dewasa? Atau jangan ngebahas
orang dewasa deh. Mari membahas salah satu fase diantara remaja menuju dewasa
yang disebut ALAY (sumber: stand up comedy Raditya Dika).
Gue sempat merasakan yang namanya dibohongi dan dikhianati
(taelaaaaaaaa lebay amaaaaatttt) sama orang-orang yang gue anggap SAHABAT.
Rasanya luar biasa sakit dan membuat hati cenat cenut (yang pasti bukan
hepatitis). Yaaaaaaahhh
Tidak perlu diceritakan lengkapnya…
Setidaknya, yang namanya pengampunan itu punya kuasa luar
biasa. Hahahaaha
Rasa sakit itu perlahan tapi pasti mulai hilang.. dan hati
ga lagi terasa sakit ketika melihat orang-orang yang udah “membuang” sahabatnya
sendiri.. prosesnya 3 tahun… walau sekarang, rasanya masih ada luka yang udah
ditutupi tapi meninggalkan bekas dan ga bisa dihilangin begitu aja.
Gue inget beberapa bulan lalu gue berusaha membujuk adik
kelas gue untuk share masalahnya ke gue. Karena masalah akan lebih ringan
ketika kita certain ke orang lain.
Tapi bisa dibilang gue omong besar karena gue sendiri ga mau
mempercayai kata-kata itu. hahahahahaa
ya, kalimat itu bekerja dan ampuh ke semua adik-adik kelas
gue yang memang butuh tempat untuk sharing. Tapi gue sendiri tidak
menerapkannya.
Bekas luka itu tetap membuat gue suka menyimpan segala
sesuatunya sendiri dan dianggap introvert . samapi sekarang.. hahahahaa
Buat gue, menulis jauh lebih menyenangkan daripada berbicara.
Apalagi, muka gue sering salah setting karena ketiad sinkronisasi antara mood
dan wajah sering beda jauh. Itu membuat
banyak orang di sekitar gue akhirnya sulit memahami jalan pikiran gue. Sampai
saat ini, gue gak mau percaya sama yang namanya sahabat. Gue lebih senang
menyebutnya dengan keluarga. Kenapa?
Buat gue, sahabat sejati hanya bisa gue ketahui ketika
akhirnya Tuhan udah panggil manusia. Standarisasi sahabat itu banyak dan yang
paling dituntut adalah masalah kesetiaan. Dan buat gue, tanpa adanya
standarisasi yang sah sama yang namanya sahabat, maka gue lebih senang
menyebutnya KELUARGA.
KENAPA?
Karena keluarga itu ga akan bisa melepas ikatan di antara
mereka sekeras apapun lu berusaha. Sekalipun jauh, sekalipun bertengkar,
sekalipun intensitas ketemuan ga sering, yang namanya keluarga ya tetep
keluarga dan tetep akan jadi keluarga-bersama sama.
Jahat memang kedengarannya. Tapi gue tahu kalau pengalaman
buruk masa lalu memberi pengalaman baik di masa depan.
gimana ceritanya?
Kali ini gue ga omong tulis besar. Gue juga bingung
sih nulisnya gimana.. hahahahhahaa
Habis itu prosesnya lama banget -oo-
Tapi semalem gue sampai di satu poin berkat sebuah hadiah
dari kelompok kecil gue (sebut saja namanya Nana).. pesannya bikin gue
benar-benar bisa menyadari kalau kita ga pernah sendirian di dunia ini. Dan
selalu ada orang-orang di sekitar kita yang memberi kita perhatian. Ya, udah
terlalu sering gue menyebut bahwa Kelompok Kecil gue di rohkris dan Teater
Sembilu adalah keluarga terbaik yang pernah gue dapet. Meskipun awalnya gue ga
terlalu berharap banyak, tapi gue sadar sekarang mereka semua udah kasih
harapan yang gak pernah gue bayangkan sebelumnya. Awalnya, gue takut mereka
akan sama aja dengan orang-orang yang nyaman dengan kebaikan gue dan ketika gue
melakukan kesalahan, mereka akan buang gue begitu aja. Dan mereka adalah orang
yang siap untuk didengarkan tapi ga mau buang-buang waktu untuk mendengarkan.
Tapi ini enggak. Ketika gue salah, mereka justru ngingetin gue dan membantu gue
untuk nuntasin masalah gue.
Gue pun lihat juga hadiah yang dikasih dari salah seorang
keluarga gue di sembilu (sebut saja Elitha). Bagaimana akhirnya orang-orang di
kumpulan foto yang Elitha kasih gue membantu gue melewati masa-masa ALAY gue
dengan indah dan akhirnya sekarang masuk dalam tahapan selanjutnya.
Tuhan udah kirimkan malaikat-malikatnya lewat orang-orang di sekitar kita.
Namun seringkali, kita terlalu fokus pada masalah kita sampai ga menyadari hal itu. Sering bertanya; Tuhan, di mana kah Engkau?
Sekarang, tergantung ke kamu. Sudahkah bersyukur dan melihat
ke sekelilingmu orang-orang yang sebenarnya Tuhan pakai untuk menghapus air
matamu….
No comments:
Post a Comment