Di tengah
hilangnya gue dari dunia perblog-an karena begitu banyak hal yang harus jadi
prioritas, maka kali ini pun gue bela-belain nulis sebelum akhirnya ide ini
hilang.
Jadi, ini
berawal dari cerita seorang anak remaja labil yang tengah mencari makna
kehidupan dan berbagai hal yang tengah terjadi.
Duduk di
bangku SMP, sang gadis yang kita sebut saja namanya Oneng, tengah merasakan
yang namanya “zona nyaman”.
Zona nyaman
yang membuatnya justru berada dalam posisi yang ga akan menbuatnya nyaman
setelah keluar dari zona itu.
Sebutlah
Liliana, seorang gadis berada yang sudah menganggap Oneng sebagai sahabat dan
sebaliknya.
Menghabiskan
banyak waktu bersama, berbagi bersama, dan membuat kenangan indah semasa SMP.
Kelas 8, it
really was the best time for them.
Kedua
sahabat ini begitu dekat, tak terpisahkan (agak lebay. Hahahahaha)
Yah,
begitulah. Sebut saja dalam hal makanan. Selalu berbagi, si Liliana jajan dan
mentraktir Oneng yang memang berbeda latar belakang dengan kondisi ekonomi
Liliana. Si Oneng yang memang bawa bekel dengan lauk seadanya, juga ga ragu
untuk berbagi sama Liliana yang paling suka kalau Oneng bawa bekel perkedel.
Rumah
mereka yang ada di satu area meskipun berbeda beberapa huruf, ga bikin Oneng
keberatan untuk bela-belain dateng ke rumah Liliana. Kadang dateng pakai sepeda ontel butut punya
bapaknya, tapi gak jadi masalah buat Liliana. Kadang Liliana juga bersedia
bayarin ojek buat Oneng supaya dateng.
Prinsip nya
orang jawa yang serba SUNGKAN dan gak enakan samaorang, sebenernya ada di Oneng.
Ibu Oneng pun selalu mengingatkannya untuk tidak selalu merepotkan orang lain.
Liliana selalu mengajak Oneng untuk belajar di rumahnya, mengajari
pelajaran-pelajaran yang belum dimengertinya. Dan berawal dari situ juga, Oneng
akhirnya terbiasa untuk mengajar dan sampai punya cita-cita untuk jadi guru.
Keluarga Liliana pun baik banget sama Oneng.
Selalu dibeliin makan malam tiap kali mamanya pulang kerja, ataupun
ngizinin Oneng untuk nginep dll. Bahkan, mamanya Liliana ngasih handphone buat Oneng
dan bokapnya ngasih computer dengan paket lengkap meja dan printer. Udah
dianggep saudara banget kan. Belum lagi,
mamanya baik banget bersedia ngajak jalan-jalan Liliana dan Oneng gak Cuma
sekali atau dua kali ke tempat-tempat yang ngefek banget bikin seneng. Hahahaha
Oneng
memang ngajarin pelajaran ke Liliana dan beberapa hal yang dia harapkan bisa
bikin Liliana bertambah dewasa. Liliana pun ngajarin juga hal-hal baru ke Oneng
yg dasarnya kampungan kayak yg namanya drama-drama korea, nge-dance yg di
lantai tapi connect ke PS, main the sims(yg sampai sekarang masih dimainin Oneng
sampe lupa waktu) dll. Hahahaha
Gila-gila
dah pokoknya.
Sampai
suatu hari.. akhirnya mama Liliana cerita suatu rahasia ke Oneng. Mamanya
Liliana berharap Oneng bisa jadi sahabat yang baik dan nemenin Liliana dengan
setia. Dan Oneng pun mengiyakan dengan senang hati.
Dan
akhirnya… hahahahahaha
Sifat dasar
manusia berdosa keluar di saat yang ga tepat. Sifat yang ingin menolong, tapi
sebenernya caranya salah. Anggaplah si Liliana sakit tenggorokan yang
mengakibatkannya batuk terus menerus. Sebenernya, dia batuk terus karena
keselek kedongdong.
Keselek
kedongdong itu adalah hal yang gak boleh dikasih tau ke siapapun sebenernya.
Malu kan lu
kalau ketauan keselek kedongdong??
*krik krik
krik abis*
Tapi apa mau dikata. Temen-temen dari Oneng
penasaran kenapa si Liliana batuk terus. Tanpa bermaksud ngejelekin si Liliana,
Oneng ceritain kondisi Liliana ke temen-temannya dan berharap kalau
temen-temennya bisa ngertiin kondisi Liliana. And yes. Mereka bisa menerima
kondisi Liliana dan ga akan mengungkit lagi masalah itu.
Hal
selanjutnya yang Oneng tahu adalah, dalam waktu yang lama, perlahan tapi pasti,
Liliana mulai menjauh dengan alasan yang Oneng sendiri gak tahu kenapa. Oneng
Cuma bisa menyimpulkan berbagai hal dalam pikirannya. Mengeluarkan berbagai
spekulasi tapi gak mengintropeksi dirinya sendiri. Oneng pun kembali ke sifat
dasar manusia.
Oneng Cuma
bisa nyalahin orang lain dan akhirnya…
Mereka
tetap berteman.. dengan kecurigaan… dengan persaingan.. dengan kecemburuan..
dengan berbagai kesalah pahaman.. dengan berbagai kemunafikan…
Semuanya
berlalu dengan ending yang gak enak…
Oneng dan
Liliana lulus, seolah-olah tanpa saling mengenal.
Oneng hanya
berusaha untuk move on dengan hidupnya walaupun rasanya sakit banget
pengorbanannya selama ini dibales kayak gitu. Masuk SMA, Tuhan kirimkan
orang-orang yang ternyata mengubah hidup Oneng 180 derajat.
Berterima
kasih terhadap ROHKRIS yg mengenalkan THE REAL LIFE lewat Persekutuan Jumat,
mengenal saat teduh yang baik, mengerti pentingnya jam doa, dan lebih dari
segala sesuatunya, mengenal Kristus yang akhirnya mengubah hidupnya sepenuhnya.
Belajar
mengampuni itu gak mudah. Tapi satu hal yang pasti, sekeras apapun hati, Tuhan
yang mampu melembutkan. Perlahan tapi pasti, Oneng bisa menghilangkan luka itu
yang sayangnya berbekas….kadang, ada kejadian-kejadian yang ngingetin dia sama
Liliana. Diam-diam, Oneng pun terus memperhatikan kondisi Liliana dengan
berharap Liliana melakukan hal yang sama.
Menghapus
kenangan yang sebanyak itu gak gampang..karena kalau Oneng gak ketemu Liliana,
gak akan ada Oneng yang sekarang.
Oneng
belajar banyak dari kesalahan yang dulu dia lakuin..
Sekarang…
Oneng
sadar…
Menjaga
rahasia itu penting.. menghargai apa yang orang lain sharingkan ke kita dan
berusaha menjaganya untuk menjaga perasaan orang lain yang mempercayai kita.
Mendengarkan
lebih baik daripada berbicara. Kita
bukanlah seseorang yang selalu benar dan sempurna. Karena itu, mendengarkan
pendapat orang lain, ataupun sharing orang lain, lebih bernilai untuk orang
tersebut daripada kita harus menasihati dia dan mengguruinya ketika bercerita.
Semua
pengorbanan akan ada hasilnya. Berkat
perjuangan Oneng dulu untuk ke rumah Liliana ataupun pulang tengah malam, atau
ke rumahnya walaupun lagi banjir tinggi, nemenin dia lama sampai ojeknya
dateng, dll… sekarang, Oneng bisa berkorban lebih dari itu.
Jangan
mudah percaya sama orang lain .
Bersikap
jujur dan terbuka itu jauh lebih baik daripada pasang topeng kemunafikan yang
justru semakin membawa kita mundur.
Bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang dan jangan terlalu cepat mengucapkan kata
sahabat.
Maka
sekarang, Oneng pun terkejut dengan segala hal yang gak pernah diharapkannya.
Bayangin!! Kalau buka jasa konselor ataup sikolog, bisa nambah-nambah uang
jajan loh. Hahahahaha
Yups,
experience is the best teacher.
No doubt
karena masa-masa sulit itu, sekarang sesulit apapun kondisinya, Oneng udah kebal walaupun
sesekali pengen nyerah juga. Buat dia,
gak ada masalah yang dia hadapi. Yang ada adalah the preparation for a better
life and the best future.
Cuma lagi
mengingat bagaimana sebuah guci bisa terbentuk.. gue pernah denger itu ketika
ada di ibadah remaja gereja. Males
nulisnya karena capek. Hahahahaa
Sekarang,
gimana dengan kamu?
Masihkah
mau terus larut dan berkubang dalam kesedihan karena menganggap masalahmu
begitu besar?
Hei, jangan
pernah hanya melihat dari satu sisi kalau ternyata, kita bisa lihat dari
berbagai sudut yg berbeda, lebih dari 360 derajat, ataupun dari berbagai letak
dan posisi yang beraneka ragam.
Masih terus
berfikir mengakhiri segala sesuatunya supaya segala skait dan penderitaan itu
berakhir? Hidup mu terlalu berharga untuk diakhiri begitu saja. Karena percaya atau tidak, SETIAP ORANG, akan
mendapat akhir yang membahagiakan kalau dia mau untuk bangkit dari
keterpurukannya dan berusaha keras.
Hidup Oneng
yang baru 18 tahun terus memicunya untuk bisa lebih baik lagi.
Sekarang,
masalahnya lebih kompleks, bukan bagaimana masalah dalam dirinya, namun ketika
masalah itu adalah mengenai orang di sekitarnya. Dan justru, kenangan pahit
itulah yang menjadi pemacunya untuk terus bertahan dan berjuang lebih baik
lagi.
SEMANGAAAAAATTTTT!!!!!
LIFE ISN'T ABOUT FINDING YOURSELF, BUT IT'S ABOUT
CREATING YOURSELF
No comments:
Post a Comment