Dari ketika
gue datang ke dunia dengan bentuk layaknya upil (item dan kecil) kemudian
bertumbuh layaknya anak monyet (tetep item,keriting,dan ga bisa diem) lalu
mulai terlihat wujud manusianya, kemudian gue memasuki tahapan ALAY, dan
akhirnya masuk menjadi remaja yang sulit dibedakan; sebenernya gue laki-laki
atau perempuan???? Akhirnya, gue memutuskan untuk memanjangkan rambut gue
sehingga orang setidaknya masih bisa melihat gue adalah wanita. Walapun kadang,
banyak orang yang merasa tidak yakin ketika harus melihat gue. Apakah harus
menggunakan kata : mas atau om.
Intinya
adalah, gue berusaha tampil unyu dan hal ini pun terekam oleh si RS13.
Dari gue
nangis…
Gue ketawa…
Gue marah ….
Gue stress…
Gue sakit…
Gue
ngejayus…
Gue jatuh
cinta…
Dan gue
bertobat. HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Sejelek-jeleknya
rumah gue ini, gue mendapatkan feeling yang gak gue dapatkan di manapun itu..
Di kontrakan
gue deket kampus..
Di sekret
tempat PSKJS beraksi…
Di shulter
busway yang ngantrinya lama…
Di gereja
yang punya sejuta fasilitas…
Di blok m
yang selalu jadi sasaran ketidakjelasan gue…
Rumah gue
memberikan suasana yang berbeda dari segi kehangatan, keamanan, dan kesempitan.
*mau pamer
lu stev sama kejelekan rumah lu?*
Hahahahahaha
Justru ini
point yang mau gue share.
Kadang,
orang-orang mungkin ngerasa lucu ketika mau ke rumah gue. Untuk mencapai rumah
gue, bisa dibilang kita harus ngelewatin sebuah perumahan-yang disebut dengan
komplek, yang lumayan elit lah. Rumah-rumahnya bagus-bagus dan mobil-mobil pun
terparkir manis di setiap rumah yang ada.
Jadi,
orang-orang yang pengen ke rumah gue mungkin berfikir gue akan tinggal di
komplek itu dan punya rumah seperti yang ada di komplek itu.
Tapi jangan
salah.
Hahahahahaha
Rumah gue
nyempil persis kutil di ketek. Ya, anggaplah ketek itu adalah kompleknya, dan
kutil itu adalah rumah gue. Merusak pemandangan banget, tapi ga begitu
terlihat. Hahahaaha
Tapi
begitulah rumah gue hadir, memberi nuansa tersendiri di tengah ke-elitan
orang-orang komplek.
Gue bukan
tipe anak rumahan yang betah di rumah atau di suruh-suruh jaga rumah. Karena
prisnsipnya;
Rumah gue ga
akan pergi ke mana-mana kok. Kalaupun ada maling, bukankah jauh lebih indah
ketika gue ga berada di rumah??? Jadi akan lebih baik dia mengambil semua yang
ada di rumah daripada gue diapa-apain pas lagi jaga rumah. Toh ga ada juga yang
bisa diambil di rumah. wkwkwkwwk
*tapi ntar
ga ada yg ngangkat telvon atau nerima surat*
Ya
udaaaaahhh. Kalau memang penting, pasti akan ditelvon lagi. Kalau itu orang
terdekat, kan pasti punya nomer HP kita. Surat, dilempar juga jadi kan????
Makannya, sediain yang namanya KOTAK SURAT.
Gue dulunya
juga ga betah di rumah. Karena apa yang mau dinikmatin dari rumah tua begini??
Yang udah dibangun sejak bonyok gue belum nikah, tapi dibangun dengan uang
mereka sendiri karena keyakinan mereka satu dengan yang lain.
Designnya
bokap yang bikin, bokap juga yang ikutan nembelin semen, dan bokap juga yang
mengatur interior rumah dengan segala barang ciptaannya sendiri dari kayu sampe
besi.
Belum lagi,
bonyok yang baweeeeeellllllllll banget kalau gue di rumah. Nyuruh ini, nyuruh
itu, nasihatin ini, nasihatin itu, daaaannnnnn seterusnya. Kuping gue panas
banget deh di rumah.
Makin gak
betah kan tuh?
Makannya,
gue lebih baik keluar rumah, cari kesibukan, terus pulang-pulang udah malem,
pas bonyok udah tidur. Jadi, gue Cuma perlu denger dumelan mereka kalau
matahari udah menyingsing sementara gue pun sibuk untuk siap-siap pergi ke
tempat yang lain.
Kehidupan
anak muda saat ini yang dimulai sejak remaja sebenernya berdampak ga baik.
Karena apa?
Rumah adalah
salah satu tempat yang bisa dipakai untuk sebuah keluarga berkumpul. Hanya
untuk sekedar bertatap muka, dari situ dapat dimulai suatu alur pembicaraan
sehingga sesame anggota keluarga bisa saling terbuka. Masalahnya, kesempatan
itu jarang terjadi karena kesibukan baik dari pihak orangtua mau[pun si anak
sendiri.
Jadilah
rumah hanya sebagai tempat untuk tidur dan mandi. Belajar atau makan? Cari
tempat yang pewe juga bisa. Kalau udah begini, kemanakah anak-anak mencari
tempat “pewe” tersebut?
Banyak
pilihan yang jatuh. Dari rumah temen, restoran/tempat makan, café, sekolah, dan
banyak lagi. Dari kebiasaan nongkrong-nongkrong ini, akhirnya pergaulan itu
mulai tercipta. Syukur-syukur kalau pergaulan yang baik. Kalau enggak? Well,
pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik kan?
Jadi ayo
sama-sama memulai diri kita untuk mengenal pergaulan yang baik dan bisa
membantu kita untuk pertumbuhan karakter kita. Se gasuka apapun kamu di rumah,
ada banyak hal yang bisa kamu captain agar rumah sama nyamannya dengan café
yang biasa kita tongkrongin.
Misalnya?
Design kamar
kamu semenarik mungkin. Bisa bikin kamu betah. Betah di kamar dulu deh, baru
deh nanti kamu bisa betah juga ngumpul di ruang keluarga untuk sekedar tahu
bokap lagi ada proyek kerjaan baru apa, nyokap mau bikin masakan apa besok,
kakak kita status sama pacarnya gimana, dan adek kita udah kenal sevel atau
belum.
Masalah
bonyok yang cerewet di rumah, yuk intropeksi dulu. Jangan-jangan kita yang
bikin salah dan maunya bonyok adalah kasih nasihat yang terbaik buat kita.
Tapi, kita meresponinya dengan ga baik dan terbuka. And it means that we are so
childish. Sejahat apapun ortu, mereka kan mengharapkan yang terbaik. Jadi ,
kalau kita juga sering ngobrol sama bonyok, niscaya. Pola komunikasi kita
dengan mereka pun akan berjalan dengan baik seperti halnya kita ke temen-temen
kita.
Karena itu,
rumah sebenernya bukan Cuma secara teori sebagai tempat kita berteduh.
Tapi juga tempat yang disediakan supaya kita dan keluarga kita bisa jadi satu J
eniwei... nyambung ga sih tuh judul di atas sama postingan gue... hahahaahaha
No comments:
Post a Comment