Pages

Thursday, September 27, 2012

kecopetan euuuyyy ~(^o^~)


Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh seorang murid ialah menghargai guru dengan memperhatikannya saat di kelas. Tapi hal ini ga berlaku saat ini. Hari terluar binasa ketika membayangkan seorang dosen mengajar selama 5 jam dengan satu mata kuliah.

Ajaib.


Strategi pun dipasang untuk 5 jam ke depan.


Saya sedang memperhatikan.
Memperhatikan keyboard computer dan sesekali melirik ke arah layar notebook tanpa sedikitpun tergoda untuk menatap sang dosen.

Saya sedang menghargai.
Menghargai dosen yang tengah menjelaskan tanpa membuat keributan ataupun menggangu penjelasannya.

Saya sedang belajar.
Belajar untuk membagi fokus dengan tepat, telinga mendengarkan penjelasan dosen dan mata terarah ke arah notebook.

Hari ini waktu di layar handphone menunjukkan bulan September. Bahkan, di salah satu tweet Ancol, mereka menuliskan promo untuk September Ceria.
Ya, bulan yang identik dengan lagu Vina Panduwinata “September Ceria” ini tidak sepenuhnya datang bulan ini.

Menyedihkan kah bulan ini bagi saya?
Tidak juga.
Tapi tidak cukup banyak alasan yang tepat untuk dapat menyimpulkan bahwa ini merupakan bulan yang ceria. Yah, “baru” tanggal 26. Masih tersisa 4 hari lagi untuk dapat menyimpulkan tema bulan ini.

Namun sejauh ini, menikmati kata “September Ceria” cukup menyulitkan.
Mari memulainya dengan minggu pertama dibulan ini. Tunggu. Minggu pertama hanya diisi 2 hari.
Kalau begitu kita masuk ke minggu ke dua.

Dan lanjut ke minggu ke tiga.

Lalu minggu ke empat.

Dan saat post ini ditulis, kalender menunjukkan minggu ke lima.

Terlalu banyak yang harus diceritakan. lihat aja nih schedule
DO NOT TRY THIS!!!!


Tidak perlu membahas apa saja yang dikerjakan sebulan ini dan kesulitannya, tapi mari membicarakan bagaimana menikmati masa-masa sulit itu.

Jadi… puncak dari segala sesuatunya tejadi di tanggal 23 September 2012 pkl. 11. 15 di UKI-Cawang.
Bus 45 yang membawa hanya beberapa penumpang itu tidak ramai. Namun ketika sang kenek meneriakkan “UKI-UKI” hanya saya dan eni yang berdiri menuju pintu keluar bus yang teletak di depan.
Lalu tiba-tiba, seorang bapak berdiri dan tampak tergesa-gesa sampai harus mendorong saya dari belakang beberapa kali. Tanpa perasaan curiga sedikitpun, saya hanya bisa mendengus kesal dan akhirnya memberi jalan kepada Bapak-bapak itu. ketika kaki ini tidak meninggalkan 45, saya menoleh ke belakang mencari Eni yang memang pergi bersama saya hari itu.

Tidak ada Eni.

Dan ternyata dia sudah berjalan di depan saya.
Menyusul dengan sedikit berlari kecil, kami menaiki jembatan dan berjalan menuju UKI.

Lapar.

Cuma itu yang ada dipikiran saya yang memang belum sarapan saat sejak pagi harus pergi ke Gereja.
Maka berbelok di salah satu gang di sebelah UKI, saya memesan satu mie ayam.
Tas ransel yang sudah setahun ini menemani ke manapun kaki ini melangkah memasang posisi resletingnya dalam posisi yang sangat aneh.

TERBUKA.

Tepat di bagian dompet bersandar.

KECOPETAN.

KAGET?
Engga

SEDIH?
Engga

STRESS?
Engga

Takut?
IYA


TAKUT BANGET SAMA BONYOOOOKKKK
 
Dan bener aja.
Sepanjang rapat dari jam 11 siang sampai 7 malem hari itu, Cuma kepikirin bonyok.
Ga kepikiran dompet apalagi selusin kartu di situ yang mesti diurus.

Cuma bonyok.

Lagi-lagi mengecewakan mereka dengan keteledoran anak gadisnya.
Lagi-lagi ngerepotin mereka dengan ketidak bertanggung jawaban anaknya yang paling bawel.
Lagi-lagi nyusahin mereka dengan kelemotan anak pertamanya.

Dan itu semua menjadi tamparan yang keras ketika semua kecerobohan itu menyadarkan ada yang salah dengan kedua tangan ini.

KUTUKAN?
Man, zaman serba touch screen begini masih aja ada begituan.

 KELAINAN?
So far, belum ada jenis kelainan/gangguan perilaku yang dapat menjelaskan hal ini (sampai semester 3 ini ya)

PENYAKIT?
Yahh… Hati yang sakit ketika hal itu terjadi.. it’s clear enough

LALU?
Mungkin ada yang salah dengan koordinasi otak ini.
Atau mungkin basically, kurang rasa tanggung jawab atau menghargai sesuatu.
Atau jangan-jangan selama ini phlegmatic justru mendominasi jiwa yang tertutup dengan sanguine di luar..

Entahlah…
Yang pasti, ini pelajaran bersama..

Apa yang saat ini ku punya, semuanya hasil jerih payah orang tua..
Gak mudah untuk cari uang saat ini di tengah zaman yang semakin menuntut ketidakjujuran..
Mau dengan alasan apapun menyangkal; itu uang tabungan,beasiswa,atau kerja..

Who you are now because of your parents yesterday, today, and tomorrow..

Jadi belajar untuk menjaga serta menghargai yang kita miliki dengan ucapan syukur.

Watch out guys!!!




No comments:

Post a Comment