Pages

Monday, June 20, 2011

DEPAPEPE ngamen

Di tengah sore hari yang terik nan panas, duduklah seorang perawan manis yang bercucuran keringat di bawah lindungan atap dari Halte Stasiun Tanjung Barat. Sang gadis sesekali mengusap keringat yang berjatuhan dengan punggung tangannya. Sembari melihat kea rah matahri terbenam, mengharapkan kedatangan sang pujaan menjemputnya. Siapa lagi kalau bukan supir bus.

Di tengah kegalauannya menunggu datangnya sang metromini 63, sayup-sayup di dengarnya alunan  music dari biola memainkan nada sendu yang menyayat hati. Sang gadis merasa taka sing dengan lagu yang dibawakan dan menikmatinya sembari berusaha mengingat nada yang terdengar dari biola kecil itu. Lalu, dengan gerakan slow motion nan mempesona, ia menatap sang lelaki yang memainkan biola itu. Dan ia pun bertanya ; Itu Air on the G-String DEPAPEPE?

Sang lelaki menghentikan permainannya untuk sejenak dan menjawab dengan senyuman ; iya. Lalu ia kembali memainkan lagu itu. Dan tak lama berselang, datanglah metromini 63 menjemput sang gadis. Ia  berlari menghampiri si kopaja hijau itu dan meraih tiangnya. Duduk di bagian depan, di mana masih banyak kursi yang masih kosong. Si lelaki mengikutinya di belakang, dan dengan sigap, sang gadis berkata ; mainin kazamidori dong.

Dan sepanjang jalan stasiun Barat sampai melewati tol dan berhenti di cilandak, sang lelaki memainkan kazamidori sesuai permintaan sang gadis. Ketika kantung itu disodorkan, dengan tanpa penyesalan dan hati yang diliputi kegembiraan, san gadis menyerahkan selembar uang coklat.

Well, seperti cerita yang impossible terjadi? Yah, begitulah yang terjadi pad ague ketika jumat kemarin pulang kantor lebih cepat karena si bos meeting. Dan ternyata, pengalaman  gue juga sudah pernah dialami oleh Kak Bebe (baca; TPS-PSKJS).  Bedanya, waktu itu si pemain biola yang memainkan lagu DEPAPEPE diiringi juga oleh permainan gitar. Beuh!! Duet maut tuh pastinya!!

Nah, apa yang bikin gue gak sayang untuk sekedar ngeluarin duit 5rb untuk seorang PENGAMEN?! Mas bro, lihat deh. Main biola tuh gak gampang loh. Dan kerennya, dia bisa mainin lagunya DEPAPEPE. Gue sendiri, yang udah berbulan-bulan latihan lagunya DEPAPEPE, cuma baru bisa setengah lagu. Itu juga dengan tehnik yang hafalan, tanpa pemahaman. Jadi, gimana gue gak ngerasa amazed dengan si pengamen?

Gue seneng ngelihat pengamen yang memang “menjual” kemampuan mereka. Gak sekedar mengandalkan muka melas atau baju compang-camping. Why? Itu menunjukkan usaha mereka untuk punya modal dalam bekerja. Masalahnya adalah kesempatan. Mereka belum punya tempat yang tepat untuk menyalurkan bakat mereka sehingga terpaksa menyalurkannya di bis-bis kota. Gue juga yakin, mereka berharap kemampuan istimewa itu bisa disalurkan dengan lebih baik.

Gak banyak orang yang bisa main gitar, atau main biola atau bernyanyi dengan bagus. Tapi gue cukup sering menemukannya di bgus kota. Dan kalau udah begitu, ngerogoh uang yang lebih besar is not a problem. Karena WORTH IT banget !

Lalu, gimana akhirnya dengan nasib para pengamen yang sebenarnya punya bakat dan kemauan yang kalau dikembangkan secara serius, mungkin bisa akan fantastis hasilnya!
Gue memang gak tahu gimana caranya. Tapi, yang gue tahu, ada banyak tempat untuk mereka pakai dalam menyalurkan bakat mereka. For example; Warung Apresiasi(a.k.a WAPRESS) atau kafe-kafe yang nawarin life music. Di bilangan Kemang, gampang banget untuk nemuin kafe macam begitu. Atau, di pusat-pusat perbelanjaan yang memang biasanya di hari tertentu, nawarin live music buat pengunjungnya, misalnya Blok M Plaza.

Cuma masalahnya, kenapa para pengamen itu gak coba?
Gue sendiri gak tahu apa alas an mereka. Tapi bisa jadi, karena masalh status. Orang-orang yang tampil di kafe-kafe atau mall-mall itu kan istilahnya punya “gaya” mereka. “Gaya” yang orang bilang-gaul tapi elite. Nah, ini dia nih masalahnya. Perlu banget untuk mencegah hal itu terjadi. Karena mau bagaimanapun, seharusnya tiap orang punya kesempatan tanpa ada perbedaan status.

Beberapa tahun lalu, gue cukup senang ketika ada kompetisi untuk para pengamen jalanan di salah satu stasiun TV swasta. Paling tidak, itu member kesempatan untuk mereka yang memang benar-benar punya talenta dan mau bekerja keras untuk menang dlaam kompetisi itu. Dan gak lama ini, memang ada suatu ajang pencarian bakat di mana yang menang adalah pengamen stasiun. Nah, banyak orang yang bilangnya memang hanya sekedar bersimpati. Walalupun begitu, dengan jelas kita bisa lihat kan kemampuan yang mereka miliki? Kreatifitas yang belum tentu kita yang udah bersekolah tinggi-tinggi sampai S6 punya kemampuan itu
**kok S6 step?**
*SD, SMP, SMA, S1, S2, S3. Ada berapa S hayo?*
**oh iya! Bearti, kalau ada yang punya gelar S 1, Cuma lulusan SD dong?**
*Tepat sekali!*

Mengakhriri post ini, gue mengajak kita semua untuk ;

Kembangkan bakat anak bangsa, berikan mereka wadah tanpa memandang status

No comments:

Post a Comment