Pages

Tuesday, June 14, 2011

Istana MARTABAK

Jangan ngebayangin kayak film Charlie and the chocolate factory yang di mana-mana serba coklat.
Restoran ini bangku dan mejanya masih terbuat dari kayu. Dan yang kerja pun masih manusia. Yang jadi raja dan ratu di istana ini tentunya kita dong sebagai tamu a.k.a pelanggan.

Di awal kemunculannya sih biasa aja. SEPI.
Tapi,sejumlah anak muda dari gereja HKBP mendatanginya dan menikmati beberapa menu yang ditawarkannya. Lalu akhirnya, muncullah benih-benih pewe dengan tempat ini.
Perlahan namun pasti, berkat anak-anak remaja HKBP itu, sejumlah tamu yang lain pun datang. Dari mulut ke mulut, dari telinga ke telinga, dari sms ke sms, tempat ini mulai dikenal dan emang cocok untuk yang mau ketawa-ketawa kenceng-kenceng tanpa perlu dimarahin. Pewe juga kalau mau nongkrong dari restoran ini buka sampe restoran ini mau tutup lagi.

Yups. Tempatnya juga enak,ada gemericik suara air dari kolam. Tempatnya juga ada outdoor. Dan walaupun namanya Istana Martabak, ada makanan lain yang ditawarkan dan rasanya juga lumayan semua. Yang paling oke dari menu alternatifnya adalah MIE YAMIN(Ayam Manis), Nasi Goreng, dan Es Campur. Martabak favorit adalah martabak keju yang harganya 6rb tapi cukup banget buat ganjel perut.
Ada juga menu lain kayak jus, aneka martabak, kwetiauw,bakso,es teller, bihun, dll.

Nah, karena tempatnya memang strategis dan pewe, restoran ini jarang sepi tapi juga gak terlalu rame.
Istana Martabak sendiri menyimpan banyak sejarah buat gue dan teman-teman yang lain.
Di tempat ini, gue disharingin untuk jadi Ketua Rohkris. Di tempat ini,pepohonan yang gak pernah pindah itu dengerin semua sharing Kelompok kecil gue. Di tempat ini, semua rapat-rapat penting pernah diadakan. Dan di tempat ini juga gue ngerasain sakit hati :’)

Istana Martabak memang jadi tempat favorit untuk rapat ataupun Kelompok Kecil. Kita gak masalah untuk baca Alkitab ataupun berdoa mengangkat suara di tempat ini. Dan kita juga gak lagi takut untuk rapat dari Martabak Mini ini belum dibuka(kita nungguin sampe buka) sampe restoran ini ditutup lagi.

Istana Martabak memang udah jadi ruang rohkris ke dua dan sekret alternative :)

Tapi sayang. Di tengah segala kenyamanan yang berhasil mereka tawarkan, justru pelayanan yang ditawarkan kurang maksimal.
Para pelayan di restoran ini kupingnya “BOLOT-BOLOT “ jadi kalau manggil, selain harus dengan teriak, harus berkali-kali. Mereka juga sering lupa nganterin pesanan dan salah catet. Jadi, kalau pas kita mau bayar, banyak yang belum mereka catat. Memang sih kalau untuk pelanggan keuntungan karena lu gak perlu bayar apa yang udah lu nikmatin. Tapi kan kasihan juga, dan kita selalu diajarin utnuk berkata jujur.
Dan yang terakhir, ini kayak udah jadi alarm yang menyala pas kebakaran.
ADA PELAYAN YANG SUPER JUTEK.

Dari awal kehadiran restoran ini, dia memang selalu nongol dengan muka juteknya. Melayani tanpa ramah. Bekerja tanpa senyum. Dan sama sekali tidak mengerti dari moto “PEMBELI ADALAH RAJA”
Maka, ketika kami memang sudah terbiasa dengan pelayanan si mas-mas jutek yang kalau gue gak salah inget namanya Andri atau siapalah-ga penting, kami gak peduli dengan sikap juteknya tiap kali kami mengajukan permintaan sebagai pembeli.

Tapi kali ini, karena ketidakprofessionalannya si jutek itu, alarm gue pun  menyala!!
Si mas-mas itu ngomel sendiri dan marah-marah di depan kita ketika MEJA YANG BERBEDA BONNYA DISAMAKAN. APA COBA?!
Dan bukan itu aja. Dia membanting bonnya di meja di depan pembeli!!
Akhirnya, dengan sigap gue bilanbg; “SAYA AKAN LAPOR KE MANAJERNYA”

Dan hal selanjutnya yang gue tahu, gue gak tahu yang mana manajernya atau berapa nomernya. At least, gue udah catet beberapa nomor restorannya. Dan sampai sekarang, setelah hampir seminggu berlalu, gue belum juga ngehubungin  si manager.
Mager gue. Hehe


Dan hal yang terakhir adalah, gue ga akan kapok ke  Istana Martabak dan ketemu si mas-mas jutek Karena gue akan tunjukkin ke dia, sikap seorang pelayan yang sebenarnya ;)

No comments:

Post a Comment