Pages

Monday, June 27, 2011

Disaster in sweet 17

Gak selamanya acara ulangtahun itu menyenangkan
Gak selamanya sweet seventeen terjadi
Dan gak selamanya surprise itu berakhir dengan tawa


Cerita ini tidak dialami oleh gue namun gue lihat dengan mata kepala gue sendiri.
Sabtu, 25 Juni di lapangan basket SMAN 90 Jak-Sel.

Sebelum adzan maghrib berkumandang, kami anak-anak teater sembilu segera menyelesaikan latihan kami dan bergegas turun ke lantai 1, dari tempat latihan kami di lantai 2.

Di 90, banyak ekskul yang ngotot dan sering melanggar peraturan sekolah. Apa itu? Kegiatan Ekskul harus dihentikan a.k.a selesai sebelum mahgrib. Tapi, memang pada dasarnya pada bandel, aturan ini seringkali dilanggar. Sampai akhirnya, suatu kejadian member pelajaran ke seluruh anak-anak 90 termasuk ke alumni untuk tidak lagi melanjutkan kegiatan dalam bentuk apapun seusai mahgrib tanpa persetujuan dari sekolah.

Hari sabtu itu, ada seorang anak 90 yang kita sebut saja namanya Tita. Tita sedang berulang tahun, y6ang kalau gak salah ke-17 tahun. Seusai adzan Mahgrib, teman-temannya datang membawa kejutan. Ada yang bawa kue, ada yang sekedar menyanyi walaupun suaranya fals banget, dan ada sang gebetan yang sebut saja namanya Adit, membawa beberapa balon.

Tentu saja reaksi Tita adalah senang. Ia tertawa-tawa dengan beberapa temannya. Sementara kami yang memang gak begitu kenal dengan si Tita, hanya melihat dari jarak jauh. Tita berulangkali meneriakkan tawanya, dengan teman-temannya yang juga larut dalam keceriaan petang itu. Apalagi, ketika si Tita diceburin ke dalam kolam ikan, reaksi Tita adalah seolah mengatakan tidak mau tapi sebenarnya? Siapa yang tahu? Apalagi kalau yang ngegondong adalah Adit. MONAAAASSSSS I’m in LOVEEEE

Tapi, di tengah hembusan angin petang itu, di tengah tatapan orang-orang kea rah Lapangan Basket tempat Tita meneriakkan tawanya ke seluruh isi sekolah, suatu hal yang sama sekali tidak kami duga dan ketahui terjadi.

BOOOOOOOOOOOMMMM!!!!!

Oke, itu suaranya jelek banget kalau ditulis. Yang pasti, si balon SEMUANYA meledak dan menimbulkan efek suara yang bikin semuanya terdiam. Temen-temen Tita yang tadinya lagi ketawa-ketawa berjatuhan sambil kesakitan. Dan salah seorang temannya yang kita sebut saja namanya Uni, berlari ke tempat wudhu.

Kami yang menonton justru bingung. Kenapa bisa balon pecah menghasilkan efek suara sekencang itu. Dan ternyata saudara-saudari, itu adalah BALON GAS.

Ya, karena tiupan angin, si balon yang berisi gas itu akhirnya mencium si lilin ulangtahun dan yups, terjadilah ledakan. YANG SANGAT KENCANG DAN KERAS.

Ketika kami kira tidak ada apa-apa yang terjadi karena si Tita terus tertawa-tawa dan masih diperjuangkan untuk diceburin, hal selanjutnya yang kami tahu dan gue ga bisa tulis karena terlalu ribet untuk dijelasin, Uni menangis histeris.

 Mukanya yang terkena efek pecahnya balon gas terasa panas dan kerudungnya pun bolong karena terbakar. Dan akhirnya, semua teman-teman Tita kami tanyakan satu per satu dan akhirnya mereka kami bawa ke klinik terdekat.

Berhubung gue pulang nebeng sama temen gue, gue pun nungguin dia yang emang pulang agak lama untuk bantu persiapan closing NCup. Di tengah menanti datangnya teman gue yang baik hati mau nebengin gue itu, datanglah teman-teman Tita tentunya dengan Tita ke 90. Dan hal selanjutnya benar-benar bikin gue miris dan sedih.

Temennya Tita, yang kita sebut saja namanya Ergi, mukanya Full diperban dan hanya menyisakan kedua lobang hidung, mata, serta mulutnya. Sementara kedua pergelangan tangan Ergi juga diperban.
Sementara si Uni kayaknya gak papa tuh. Dia terlalu panik saat itu. Sementara teman lainnya yang kita sebut saja namanya Otong, tangan kirinya harus diperban.

Well, gue bener-bener gak tahu harus ngomong apa ketika tahu hal itu. Saling menyalahkan diri sendiri di luar, tapi di dalam hati pasti nyalahin yang lain. Hmmmmmmm

Tapi, dengan adanya kejadian ini, semakin menambah daftar alsan untuk tidak lagi beraktifitas di 90 ketika mahgrib. Atau mungkin, di tempat lain pun juga begitu.

Kenapa?
Gue memang bukan orang muslim, tapi gue belajar untuk menghormati waktu ketika orang lain beribadah. Dan jika memang itu adalah waktunya untuk kita beribadah, ya beribadahlah. Paling tidak, itu yang bisa gue ambil dari kejadian ini.

Ingatlah waktu untuk beribadah, dan jadikanlah itu sebagai prioritas

No comments:

Post a Comment