Pages

Monday, June 27, 2011

Sunday is not the time to rest

Kenapa hari minggu warnanya merah? Karena libur?
Gak lagi. Karena hari minggu, semangat kita membara seperti api yang berwarna merah.
Awrrrrrrrrr


Minggu yang teramat menghebohkan dan di luar prediksi.

Jadi, di minggu pagi ketika lebih dari separuh penduduk ibukota yang masih terlelap di tanggal merah itu, nyokap udah berkicau-kicau di kamar dan bokap berkoar-koar dari luar kamar.
Alamaaaakkkk
Baru jam setengah 6 tapi gue udah harus bangun. Padahal tadi malem habis begadang. Tapi bukan begadang karena nonton, begadang karena sms-an ngebahas retreat.
Dengan ngedumel di otak doing, akhirnya gue meninggalkan singgasana gue menuju kamar mandi.
Gue nyalain keran, duduk di atas toilet, dan akhirnya tidur lagi……

15 menit berlalu….

Air di bak udah penuh dan ngebangunin gue dari tidur. Akhirnya, gue ngelap muka perlahan dan kembali duduk di atas toilet,mau tidur lagi.
Tapi kucing, nyokap teriak-teriak ngingetin udah mau jam setengah tujuh dan gue harus cepet keluar dari kamar mandi atau ditinggal ke gereja. Maka, tanpa basa-basi, dengan sekali siraman, sabunan tanpa busa, dan tanpa ngegosok badan dan sekali lagi Cuma ngambil beberapa gayung untuk ngebilas, gue keluar dari kamar mandi. Dengan belek yang masih menghiasi mata gue dan iler yang belom bersih gue lap pas cuci muka.
 Dan gue sadar.

Gue belom sikat gigi.

Maka gue kembali lagi ke kamar mandi, ngelepasa behel yang bikin bibir gue sariawan dan sikat gigi selayaknya orang biasa. Tanpa ada pengurangan sedikitpun karena ini menyangkut masalah kekinclongan gigi gue.
                                                                                           
Dan, gue inget.  Untungnya. Gue pagi ini berangkat pagi karena ada latihan nyanyi (baca; padus) di gereja. Kostumnya putih, dan ga ada baju putih yang sreg di hati gue. Jadi, gue ambil tanktop putih gue yang sebenernya buat kaos kutang. Dan ngambil bolero seadanya tanpa memperhatikan kematchingan. Ngambil celana jeans yang gak ketat ataupun kesempitan supaya pas ngambil suara, gue ga perlu sesek perutnya.

Maka, semuanya siap, gue minum the anget, sisiran, ngaca, dan okz. Cabut ke gereja.

Tapi lagi, dasar cewek. Gue pake sandal teplek karena siangnya mau pergi ke klramat naik bus. Dan nyokap kembali-kali ini mengaum-untuk nyuruh gue pake wedges yang bisa bikin tinggi gue nambah 10 cm. NO NO NO. Ke kramat naik bus, berdiri, dan belum lagi sesek-sesekan dengan wedges? HO HO HO
Jangan HARAP!!

Maka, dengan secepat kilat, gue mengunci pintu rumah dan membiarkan nyokap ngomel sambil berjalan menuju gereja.

Dan, hal-hal ajaib pun dimulai. Dari Unilever sampe Blok M, kami selalu bertemu dengan si hijau yang terlihat bagaikan air di padang pasir. LANCAAAARRRRR.

Dan, setibanya di gereja, mengikuti ibadah, dan selanjutnya, segala sesuatu berjalan biasaa saja.

Eh, gak deng. Di ibadah remaja, untuk pertama kalinya, ada sesuatu yang bikin gue ngerasa seneng. Kita ada “perjamuan” Hehehehehe

Gue buykan seneng karena makanan dan minumannya tapi, karena adanya kesatuan dari anak-anak remaja. Ya, walaupun sebentar sih. Tapi gue seneng  ngelihat mereka bisa semakin akrab :’)

Lalu, akhirnya, gue pun berangkat ke kramat dengan janjian sama yang lain. Naik bus menuju kramat, kita berhenti di halte ratu Plaza. Bukan karena akhirnya kita memutuskan untuk main ke ratu plaza dan meninggalkan kramat begitu saja.

*step, ngapain sih ke kramat?**
*ya meditasi dong. Namanya juga kramat*
**seriusan step? Buat nambah ilmu ya?
*iya, kan di kramat ada pembinaan PSKJS. Itu buat nambah ilmu juga. Heheheheheeee*

Dan, di kramat, kami menaiiki mobil kijang innova hitam menuju kramat. Tentunya dengan anak-anak JS lainnya.

Di sepanjang jalan ke Kramat, gue ceritain semua kejadian seru yang gue alami. Termasuk tentang betapa baiknya dan mulianya perbuatan bos gue yang menolong orang yang kecelakaan.

Setibanya di kramat, lagi-lagi ada hal ajaib lainnya. Yang markirin mobil adalah seorang ibu-ibu yang memang sudah sagat mahir dan handal dalam memarkirkan mobil. Ih wauw. Dia tau kode-kode untuk markirin dan tau jarak yang tepat untuk parkir si mobil.

Maka, setelah mobil sudah mendarat dengan sukses sesuai tempat yang strategis, kami pun turun dan menuju ke gedung tua yang rapuh dan sesuai dengan tempatnya berada. Gedung itu memang terlihat sangat kramat….

Lalu, ketika gue menapaki pasir itu, sontak mata gue terbelalak dan hidung gue kembang-kempis. Gimana enggak??!!!! Sebuah mobil dengan merek Grand Livina berwarna silver yang sama sekali gak asing di mata gue apalagi dengan platnya, terparkir mulus di depan-sangat tepat-di depan gedung itu. Oke, bangunan mungkin ya, bukan gedung.

Mencoba bersikap tenang, gue pun mengatakan; okay. Mungkin si pemilik mobil berada di ruangan lain. Yang pasti, si pemilik mobil tidak punya hubungan dengan PSKJ. Jadi, gue pun mencoba melangkah dengan tenang sekalipun jantung gue gak bisa berhenti berdegup karena gak tenang memikirkan siapa yang akan gue temui.

Dan, ketika di ruangan lain terdengar riuh rendah tawa dari beberapa orang, gue pun bisa menghembuskan nafas terakhir lega. Tapi begitu gue memasuki ruangan pembinaan,

EENNNNGGGGGHHHHHHHHH

Rasanya tubuh gue habis disiram air dingin se-ember. Gue beku untuk beberapa detik dan akhirnya tersenyum kaku lalu menjabat tangan keduanya.” Siang pak, siang bu, kaget saya ketemu bapak sama ibu di sini”.

Tak lain dan tak bukan saudara-saudari, itu adalah BOS GUE. BOS= orang yang mempekerjakan gue, orang yang bayar gue, dan orang yang menaruh kekuasaan atas gue selama di kantor.

Maka, dengan serba salah tingah, gue berjuang untuk focus selama pembinaan. Terutama di sesi Tanya jawab. Pengen nanya malu, gak nanya gue penasaran. Tapi ya begitulah, gue lagi-lagi bikin diri gue sendiri malu dengan muka tembok gue.

Paling tidak, semuanya berlalu dan gue mengira hari itu sudah selesai dengan mendaratnya pantat gue di atas bangku mobil Xenia hitam. Tapi ternyata, Bang Rian bikin problema baru lagi buat para penebengers. Ternyata, para TPS sudah bersengkokol untuk ngehedon ke GanCi a.k.a Gandaria City. Maka, nasib tragis para siswa. Kami diturunkan di tengah jalan­­-di kebayoran lama tepatnya dan terpaksa pulang ngangkot.Tapi, begitu di drop, kita gak langsung pulang begitu saja.

Setelah menunggu Grace dan Rosefine menaiki angkot S.10, dua jomblowan (Jimmy dan Dennis a.k.a J&D) dan jomblowati (baca: gue) berdiri di tengah jalan sambil memperdebatkan keputusan untuk pulang atau tidak. Maka,setelah berdiri selama 10 menit an di atas pembatas jalan yang ada di tengah jalan, kami berjalan menuju suatu arah yang tak jelas ke mana.

Setelah kaki-kaki kami membawa kami jalan sejauh 200 meter, kami berhenti dan saling menatap.

Lalu, di tengah ketidaktahuan dan ketidak pemilikan uang, gue bertanya ke mereka;
Gue: eh,nanti pulangnya gimana? Gue gak punya uang nih”
Jimmy; yaelah. Kayak gak punya temen aja lu di dunia.
Gue; oke lah. Terus, nanti dari GanCi, kita naik apa pulangnya?
Jimmy; Ya naik 69 lah.

Gue dan Dennis saling bertatapan lalu melihat ke arah Jimmy

Gue; 69? Emang ada 69 yang lewat sini?
Jimmy; ya adalah. Emang gak ada?
Gue&Dennis; ya gak adalah jimmmyyyyy!!!!!!
Jimmy; lah? Gak ada? Terus ngapain kita jalan ke sini?!

Maka, perdebatan pun terus berlanjut dengan mobil yang terus melewati kami begitu saja sambil berfikir; ada apa ketiga gembel di jalan itu saling berteriak?

Maka akhirnya, kami memutuskan untuk pulang, naik C.01
Setelah berjalan balik lagi, dengan muka kumel, baju lusuh, dan duit pas-pas an.
What  the Sunday!! (?????)

Melihat masalah dari segi positif, akan membuahkan hasil yang manis

No comments:

Post a Comment