Pages

Friday, June 10, 2011

Menkes dan ahli berbicara

Dirangkum sama gue dari Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih (dan gelar-gelar yang gak gue catet)

"KESEHATAN GENERASI MUDA INDONESIA"

Sebelumnya, ibu menteri memang hadir di seminar autism. Tapi, dia gak menyinggung mengenai Masalah Autis karena gue rasa, dia bukan lah spesialis pengamat Autis. Tapi beberapa tuturan nya membuat gue terkejut dan shock bukan kepalang. Buka shock karena gue tau di Indonesia, tingkat kesehatan masih sangat rendah. Gak shock juga karena masih banyak masalah yang harus dihadapi bangsa Indonesia dalam menangani masalah kependudukan. Yang bikin gue shock,Bokapnya menkes adalah rektor, pamannya sama saudara-saudaranya lain juga rektor dan dosen di IKIP(sekarang namanya jadi UNJ) tapiiiiii dia gak pernah ke UNJ!! Ya pernah sih tapi bisa dihitung jari. Hmmmmmm
Kalalu anak rektor aja gak mau kuliah di sekolah yang direktorinnya, gimana ceritanya ya?
ENTAHLAH.

Nah, ini dia beberapa pemaparan dari beliau.
Menurut data sensus 2010, program Keluarga Berencana a.k.a KB dianggap GAGAL. Hohohohohhohihiihihihhihihehehehehe
Itu sih.kita udah tahu lah ya. Dan masih menurut data sensus penduduk, proyeksi penduduk pada tahun 2000-2025 usia 0-24 tahun adalah 110,558,406 (nanggung? ya gak tahu lah)
Yups, itu jumlah yang kecil kalau dibaca tapi kalau disuruh baris semuanya, mabok iya deh.

Dan, jumlah sekolah pada tahun 2010 dan 2011 tercatat (oleh gue dari presentasi beliau) adalah sebagai berikut :

2010
2011
TK

70.400
SD

177.890
SMP
46.543
50.417
SMA
17.919
19.300
SMK
8027
8781

Nah, lalu, faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan generasi muda?
Antara lain :
  • Biologi genetik
  • Kepribadian
  • Perilaku
  • Lingkungan Keluarga
  • Lingkungan sekolah


Masalah utamanya, belum ada penanganan khusus dalam bidang kesehatan untuk usia 10- 25 tahun. Hmmmmm
Mungkin karena selama ini, pola pikirnya, Cuma engkong engkong yang gampang sakit. Dan anak kecil, pake obat warung juga udah bisa sembuh kok. Huhuhuuuuuyyy ini dia yang harus segera diperbaiki (ini sih memang PR nya DepKes)
Tapi tahu gak? Kalau masalah lainnya, masyarakat Indonesia itu punya masalah dalam hal pertumbuhan. Sehingga banyak yang digolongkan pendek dan sangat pendek.  Kenapa bisa gitu?
Lagi-lagi masalahnya dimulai sejak remaja. Siapa sih yang gak mau punya badan seseksi American’s Top Model? Atau artis-artis Hollywod yang sering muncul di red carpet. Akibatnya, banyak Remaja yang berniat punya tubuh kayak gitu dan menjalankan program DIET.  Diet memang gak salah tapi, kalau dilakukan secara benar.  Mayoritas remaja yang melakukan program diet hanya mengurangi jumlah makanan mereka. Padahal, diet yang sebenarnya adalah mengatur pola makan. Serta jenis makanan yang harus dikonsumsi tanpa harus menyiksa diri karena KELAPARAN. Akibat pemahaman yang salah, banyak remaja yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi tanpa disadari oleh sang remaja itu sendiri. Dan akhirnya? Hal ini pun mempengaruhi mereka ketika hamil. Yes, HAMIL. Makannya, anak-anak yang dilahirkan pun akhirnya jatohnya mal nutrisi juga. Perkembangannya gak baik, tubuhnya gak sesuai, dan mukanya otaknya pun bisa jadi gak beres.

Dan yang lain lagi, adalah masalah NGEROKOK. Gue kadang heran, jelas jelas dari SMP udah dijelasin bahaya ngerokok. Di iklan-iklan yang editingnya bagus-bagus itu juga udah dijelasin bahaya ngerokok. Kalau beli rokoknya sama kotak-kotaknya itu pun udah dijelasin bahayanya. Tapi kenapa masih pada nekat ngerokok? Dan faktanya, orang Indonesia yang usianya di atas usia 15 tahun dan berkelamin LAKI-LAKI, sejumlah 60 % PEROKOK AKTIF. Dan menurut data, justru usia yang mulai ngerokok adalah usia-usia segitu-15 tahun, waktu masih SMP malah. Yang cewek memang presentasenya kecil, tapi bukan berarti gak ada. Dan efeknya, jauh lebih hebat daripada cowok yang ngerokok.

Ibu MenKes pun menekankan pentingnya peran guru dalam hal ini. YAK. GURU. AJARIN DONG BAHAYANYA NGEROKOK. JANGAN CUMA SURUH BACA DAN DIKELUARIN PAS ULANGAN. GAK NGEFEK !!!!
Lalu, masalh lainnya adalah HIV.  Tragis memnag karena ternyata, banyak masyarakat yang belum mengetahui HIV. Karena survey dari Dep Kes bukan hanya di Jakarta, tapi dari sabang sampai merauke. Memang, banyak masyarakat di Jakarta yang sudah mengetahui HIV TAPIIIIII justru Jakarta tetap menduduki peringkat 3 besar dalam penderita HIV.  Banyak masyarakat di daerah yang ternyata belum mengetahui mengenai HIV. Dan ini pun menyebabkan mereka Free untuk gonta-ganti pasangan.  Selama ini, DepKes hanya menghitung orang yang terkena HIV dari data rumah sakit. Karena, jika setiap orang didata, HIV merupakan penyakit yang tidak akan diketahui dalam jangka waktu yang singkat. Selain itu,orang yang terkena HIV juga tidak begitu kelihatan. Dan seringkali, kasus HIV diketahui jika si pengidap sudah sangat kritis kondisinya dan ternyata, penyakit HIV sudah sangat lama ada di dirinya.

Lalu, kenapa semua itu bisa terjadi? Tahukah anda, kalau ternyata, umur perkawinan TERTINGGI di Indonesia adala 15-19 tahun. BOOOOOOOOO
Itu gue masih SMA, masih gak ngerti kenapa bumi harus bulat, masih gak ngerti kenapa Yesus harus rela jadi manusia untuk menyelamatkan gue, dan masih gak tahu kalau ternyata, Indonesia masuk peringkat 3 pengguna facebook terbanyak dan peringkat 1 pengguna twitter. Gosh.
Gue pun baru belajar pembelahan meiosis, mitosis, sel-sel reproduksi, dan bagaimana bisa sebuah sel dari jutaan sel bisa masuk ke ovarium gue dan berkembang jadi embrio sampe akhirnya bisa keluar karena ternyata dinding rahim wanita itu elsatis. Dan di luar sana, banyak yang udah nikah tanpa pemahaman! Haaaahhhh

Ini juga akibat dari tingkat pendidikan seseorang. Dan hal ini kembali membuktikan rendahnya tingkat pendidikan di INDONESIA. Ya, memang kasus-kasus ini lebih banyak ditemukan di daerah-daerah luar Ibukota. Tapi bukan berarti itu jadi urusan mereka. Kita (kalau anda merupakan orang Indonesia) juga bagian dari INDONESIA. Kalau gak mau peduli, jangan tinggal di Indonesia dong.
Dan fakta unik lainnya, ada hubungannya loh. Semakin muda usia nikah si ibu, pada umumnya, anaknya pendek. Selain itu, kemungkinan kematian pada anak LEBIH BESAR.
Memang tidak semuanya begitu tapi, sebagian besar dari survey membuktikan hal tersebut.

Lalu, gimana untuk menyelesaikan ini semua?
Masih dari data survey, remaja mengetahui kesehatan reproduksi paling banyak dari teman, kemudian guru, dan dari media. Lalu, kemanakah orangtua yang selama ini tinggal satu rumah dan membiayai semua kebutuhan anak? Remaja cenderung tidak terlalu terbuka dengan orangtua dan lebih memilih berkonsultasi dengan temannya. Karena mereka sendiripun merasa malu untuk membicarakannya dengan orangtua. Oleh karena itu, wahai para orangtua maupun calon orangtua, didiklah anak sebaik mungkin dan ciptakan hubungan yang baik sehingga mereka tidak salah mengambil keputusan.
Melakukan pendekatan Multi Disiplin dan multi dimensi 

 Terakhir,
TEMPALAH BESI SELAGI PANAS, 
DIDIKLAH ANAK MUDA SELAGI MASIH MUDA

No comments:

Post a Comment